JAKARTA, HarianTerbaruPapua.com – Kementerian Ekonomi Kreatif (Ekraf) dan “ruangrupa”, kolektif seni yang sukses mengkurasi documenta fifteen di Jerman, menjajaki kolaborasi strategis untuk mengembangkan ekosistem seni rupa Indonesia. Rencana kolaborasi ini bertujuan menciptakan serangkaian event seni bertaraf internasional yang dapat mendongkrak ekonomi kreatif dan menarik lebih banyak wisatawan asing.
“Ke-17 subsektor ekonomi kreatif memiliki ekosistemnya masing-masing. Seni rupa, selain dari karya seninya itu sendiri, juga memiliki ekosistem yang terdiri dari berbagai pelaku industri. Inilah yang bisa kita lihat bersama, sebagai potensi besar untuk dikembangkan agar mampu menggerakkan roda ekonomi, inilah kenapa ada kata ‘ekonomi’ di dalam kementerian ini,” ujar Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar menerima audiensi “ruangrupa” di Kantor Kementerian Ekraf, Jakarta, Kamis (25/9/2025).
ruangrupa adalah organisasi seni rupa berbasis di Jakarta sejak 2000 yang dikenal dengan pendekatan kolaboratif lintas disiplin, seperti dengan festival musik Synchronize Fest 2025 serta perusahaan rekaman musik Demajors. Dalam festival tersebut, ruangrupa bersama Demajors akan menghadirkan aktivasi seni rupa yang menampilkan 25 tahun perjalanannya di dunia seni rupa. Mereka aktif menjadi kurator festival dan acara di berbagai ajang seni global, termasuk Gwangju Biennale (Korea Selatan), Istanbul Biennale (Turki), Singapore Biennale, dan Asia Pacific Triennale (Australia).
Kiprah ruangrupa juga terlihat lewat Festival OK Video sejak 2003 serta pencapaian internasional di eksibisi “lumbung” (documenta fifteen) Jerman tahun 2022 yang melibatkan 1.500 seniman dan menarik lebih dari 750.000 pengunjung.
Wamen Ekraf menyebutkan bahwa berbagai perhelatan seni internasional yang diadakan oleh ruangrupa bisa direplikasi di dalam negeri dengan berkolaborasi dengan ajang seni nasional lainnya. Menurut Wamen Ekraf, atensi yang sudah diperoleh oleh ruangrupa di mancanegara dapat menjadi modal untuk menarik pengunjung internasional untuk datang ke Indonesia.
“Pelan-pelan kita bisa membangun satu statement bahwa Indonesia adalah sumber inspirasi bagi para seniman dunia. Karena titik-titik akupuntur, atau nadi dari seni dunia, sebenarnya ada di berbagai daerah di Indonesia. Dengan ruangrupa mungkin kita bisa membuat rangkaian series event seni, bersama dengan yang sudah ada seperti ArtJog dan Biennale, yang bisa kita gamify dan dibuat agar menjadi pengalaman yang seru baik untuk masyarakat lokal maupun turis yang datang,” ujar Wamen Ekraf.
Tim ruangrupa, Farid Aditama Rakun, menyoroti pentingnya menjadikan seni sebagai karya yang membumi dan dekat dengan masyarakat, sekaligus membuka peluang ekonomi kreatif.
“Kami percaya seni seharusnya tidak hanya dikonsumsi oleh penonton galeri, tapi harus bisa hidup di tengah masyarakat itu sendiri. Maka dari itu, karya-karya kami tidak hanya berupa showcase, tapi juga lewat produk kreatif seperti kaos, tas, dan lainnya. Kami buka pasarnya, agar bisa dinikmati oleh masyarakat, bukan hanya kolektor seni,” jelas Farid.
Farid juga menyampaikan harapannya agar tercipta kolaborasi yang berkelanjutan antara pelaku industri seni dengan pemerintah. Baginya, sinergi bersama Kementerian Ekraf akan mendorong ekosistem seni rupa yang lebih terstruktur dan kontinu.
“Ekosistem seni rupa perlu terus berkembang melalui hubungan berkelanjutan antara pelaku di lapangan dan pembuat kebijakan, tidak hanya untuk suatu acara, tapi berlanjut ke berbagai format lainnya. Karena itu, kami berharap kolaborasi dengan Kementerian Ekraf dapat berjalan lebih struktural dan berkesinambungan, sehingga terbangun pemahaman bersama dalam mengembangkan pasar dan ekonomi seni,” ungkap Farid.
Turut hadir mendampingi Wamen Ekraf yaitu Direktur Seni Rupa dan Seni Pertunjukkan Dadam Mahdar. Dari pihak ruangrupa hadir pula anggota organisasi Dirdho Adithyo dan Faisal Muhammad.
(Redaksi – Harian Terbaru Papua)