Oleh : Darul Muttaqin | Harian Terbaru Papua
Rupiah bukan sekadar alat tukar. Di setiap lembar dan kepingnya, tersimpan nilai sejarah, kedaulatan, dan jati diri bangsa Indonesia. Itulah pesan utama yang mengemuka dalam Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (FERBI) 2025, yang dibuka langsung oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Istora Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Jumat (15/8/2025).
“Rupiah adalah simbol kedaulatan yang diperjuangkan para pahlawan. Kita harus menjaganya bersama, menggunakannya dengan bangga, dan memahami perannya bagi perekonomian nasional,”
Perry menegaskan, rupiah bukan hanya sekadar alat pembayaran yang sah, tetapi juga identitas bangsa dan jendela untuk melihat kekayaan budaya serta sejarah Indonesia. Karena itu, masyarakat diimbau untuk terus mengenal, mencintai, dan memahami Rupiah (Cinta, Bangga, Paham–CBP) agar tumbuh kesadaran kolektif dalam menjaga simbol negara ini.
Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (FERBI) 2025 diselenggarakan mulai 15-17 Agustus 2025 sebagai wadah edukasi publik yang kolaboratif dan interaktif. Melalui berbagai pameran, lomba, hingga dialog kebangsaan, festival ini mengajak masyarakat memahami peran strategis Rupiah dalam menjaga kedaulatan ekonomi dan memperkuat semangat nasionalisme.
Kegiatan ini dihadiri berbagai lembaga mitra pengedaran uang Rupiah, termasuk Kementerian, TNI AL, POLRI, PERURI, perbankan nasional, serta asosiasi pelaku ekonomi.
Deputi Gubernur BI Ricky Perdana Gozali dalam kesempatan itu menyampaikan apresiasi kepada seluruh mitra kerja Bank Indonesia atas kolaborasi mereka dalam memastikan tersedianya uang Rupiah yang berkualitas dan terpercaya di seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
“Sinergi ini tidak hanya memastikan Rupiah beredar dengan baik, tetapi juga memperkuat literasi masyarakat agar mencintai Rupiah sejak dini,” ujarnya.
Sebagai bagian dari FERBI, Bank Indonesia meluncurkan “Kick Off Sinergi Edukasi Cinta, Bangga, Paham Rupiah”. Program ini merupakan kolaborasi BI dengan sejumlah mitra strategis seperti Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Agama, Perpustakaan Nasional RI, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Asosiasi Psikolog Pendidikan Indonesia.
Tujuannya jelas: memperluas literasi CBP Rupiah hingga ke sekolah-sekolah dan pesantren di seluruh Indonesia.
Dengan pendekatan edukatif sejak usia dini, diharapkan generasi muda tidak hanya mengenal Rupiah sebagai alat tukar, tetapi juga sebagai simbol kedaulatan dan kebanggaan nasional.
Salah satu acara utama FERBI adalah Dialog Kebangsaan bertajuk “Menjaga Kedaulatan Bangsa Melalui Rupiah.” Acara ini menghadirkan narasumber lintas profesi, mulai dari keluarga pahlawan nasional, desainer wastra nusantara, hingga penegak hukum pemberantasan uang palsu.
Dalam sesi ini, Diennaryati Tjokrosuprihatono, cucu Pahlawan Nasional M.H. Thamrin, berpesan, “Cintailah bangsa ini, dengan cinta kita bisa berbuat banyak untuk bangsa ini. Jagalah Rupiah, karena di dalamnya ada simbol kedaulatan dan kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia.”
Pesan tersebut mengingatkan publik bahwa menggunakan Rupiah adalah wujud nyata nasionalisme tindakan sederhana yang memperkuat kepercayaan terhadap sistem ekonomi Indonesia.
Selain uang kertas, uang logam juga mendapat perhatian dalam FERBI 2025. Melalui kampanye bertema “Uang Logam, Kecil Nilainya – Besar Manfaatnya,” Bank Indonesia mengajak masyarakat untuk kembali menghargai peran uang logam dalam transaksi sehari-hari.
Koin, meski nilainya kecil, memiliki fungsi vital dalam menjaga kelancaran transaksi harian. Ia adalah “si pejuang tangguh” yang hadir di warung, pasar, dan transportasi umum.
Namun, di era digitalisasi, keberadaannya mulai terpinggirkan. Banyak orang lebih memilih menerima permen daripada uang logam sebagai kembalian.
Padahal, menurut BI, koin tetap penting untuk menjaga inklusi keuangan bagi masyarakat di pelosok negeri yang belum sepenuhnya mengakses transaksi digital. Melalui program Gerakan Peduli Koin, BI memfasilitasi masyarakat menukarkan uang logam lama menjadi uang kertas, sekaligus mengedukasi bahwa setiap koin adalah bagian dari kedaulatan bangsa.
Rupiah memiliki perjalanan panjang sejak pertama kali diperkenalkan pada 1946, tak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan. Uang nasional ini lahir bukan sekadar kebutuhan ekonomi, melainkan juga pernyataan politik: Indonesia berdaulat atas ekonominya sendiri.
Setiap desain Rupiah dari wajah pahlawan, motif kain tradisional, hingga flora dan fauna endemic menjadi representasi kebhinnekaan Indonesia.
Dari Frans Kaisiepo (Papua), Cut Meutia (Aceh), Tuanku Imam Bonjol (Sumatera Barat) hingga Dr. GSSJ Ratulangi (Sulawesi), semua hadir dalam satu mata uang yang menyatukan Sabang hingga Merauke.
“Mata uang bukan hanya alat tukar, melainkan lambang kepercayaan rakyat terhadap negaranya,”
Sebagai mitra tepercaya pemerintah, PERURI berkomitmen untuk mendukung negara dalam menjalankan kedaulatannya dalam melindungi integritas mata uang, dokumen penting, serta identitas fisik dan digital.
Kami memastikan setiap lapisan masyarakat dapat menjalankan kewarganegaraannya dengan aman, tanpa khawatir akan ancaman pemalsuan atau pelanggaran data. Selain itu, kami berperan dalam menjaga kepercayaan dan integritas di sektor bisnis, memastikan aset, objek, layanan, dan transaksi dilindungi oleh teknologi keamanan tingkat tinggi.
Dengan semangat inovasi pada kedaulatan, kami terus bekerja untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan terlindungi di semua aspek kehidupan.
Di balik setiap lembar uang yang beredar, terdapat peran penting Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).
Peruri, yang berdiri sejak 1971, bertugas mencetak uang Rupiah dan dokumen negara bernilai tinggi dengan fitur keamanan canggih.
Melalui fasilitas modern di Karawang, Jawa Barat, Peruri memastikan setiap Rupiah yang beredar terjamin keasliannya dan tahan terhadap pemalsuan.
Selain mencetak uang kertas dan logam, Peruri kini juga mengembangkan layanan digital sekuriti untuk mendukung era ekonomi digital, sekaligus menjaga kedaulatan negara di ruang siber.
Memasuki era digital, tantangan baru hadir dalam bentuk mata uang kripto dan sistem pembayaran lintas negara. Namun, alih-alih tergeser, Rupiah justru bertransformasi. Melalui inisiatif Digital Rupiah, Bank Indonesia tengah menyiapkan fondasi bagi sistem keuangan nasional yang lebih efisien dan berdaulat di dunia maya.
Digital Rupiah akan menjadi cerminan adaptasi Indonesia terhadap perubahan global tanpa kehilangan kedaulatannya atas moneter nasional.
Rupiah adalah simbol ekonomi yang dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia dari pedagang pasar tradisional di Papua hingga pebisnis di Jakarta.
Ia menjadi penyatu ruang ekonomi nasional, simbol bahwa Indonesia adalah satu kesatuan yang utuh.
Menjaga Rupiah berarti menjaga kehormatan bangsa. Ketika masyarakat menggunakan Rupiah dengan bangga, tidak beralih ke mata uang asing, dan menolak uang palsu, di situlah semangat kedaulatan benar-benar hidup.
“Ketika kita menggunakan Rupiah, kita sedang berkata: Inilah Indonesia, inilah nilai yang kami yakini bersama,”
Setiap lembar dan keping Rupiah membawa kisah perjuangan, budaya, dan kepercayaan. Nilainya mungkin naik turun mengikuti ekonomi, tetapi maknanya tetap tinggi: simbol kepercayaan, persatuan, dan martabat bangsa.
Melalui berbagai program edukasi, inovasi digital, dan festival seperti FERBI 2025, Bank Indonesia terus meneguhkan komitmennya menjaga Rupiah bukan hanya sebagai alat tukar, tetapi juga simbol kedaulatan dan identitas bangsa Indonesia.
Sumber: bi.go.id, Wikipedia.Org, peruri.go.id
























































































