MAKKAH, HarianTerbaruPapua.com — Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis M Hanafi, mengumumkan bahwa pelaksanaan Program Tanazul untuk jemaah haji Indonesia tahun ini ditunda. Keputusan ini diambil menyusul arahan dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, dengan pertimbangan utama yakni aspek keselamatan jemaah.
Program Tanazul sedianya akan diberlakukan pada operasional haji 1446 H/2025 M, sebagai salah satu inovasi untuk memudahkan pelaksanaan ibadah bagi jemaah lansia, disabilitas, dan kelompok rentan. Namun, berdasarkan hasil evaluasi bersama sejumlah pemangku kepentingan di Arab Saudi, implementasi program tersebut ditunda guna persiapan yang lebih matang.
“Pembatalan mendadak ini mungkin menimbulkan ketidaknyamanan bagi sebagian jemaah, tetapi ini adalah langkah terbaik demi keselamatan bersama,” ujar Muchlis M Hanafi di Makkah, Selasa (3/6/2025).
Dengan ditundanya program tersebut, jemaah tetap akan mengikuti seluruh rangkaian ibadah di Mina, termasuk mabit dan melontar jumrah, serta kembali ke Makkah sesuai jadwal kloter masing-masing. Meski demikian, jemaah tetap diperkenankan melakukan Tanazul secara mandiri, dengan syarat berkoordinasi melalui syarikah, khususnya untuk urusan logistik seperti konsumsi.
Fase puncak haji akan dimulai pada 4 Mei 2025, dengan pemberangkatan jemaah dari Makkah ke Arafah. Muchlis menyampaikan bahwa pemberangkatan dilakukan berbasis syarikah, markaz, dan hotel tempat jemaah menginap. Hal ini merupakan hasil kesepakatan antara PPIH Arab Saudi, pihak syarikah, dan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi.
“Jika dalam satu hotel terdapat jemaah dari syarikah atau markaz yang berbeda, maka syarikah tetap bertanggung jawab memberangkatkan seluruh jemaah tanpa diskriminasi,” tegas Muchlis.
Terkait penggabungan pasangan jemaah yang terpisah seperti suami-istri, orang tua-anak, atau lansia dan pendamping—PPIH telah mengatur mekanisme melalui Edaran Nomor 059/PPIH-AS/5/2025. Jemaah yang ingin bergabung dengan pasangan dapat memilih hotel salah satu pihak, dengan tetap memperhatikan kapasitas hotel dan melaporkannya kepada petugas kloter untuk koordinasi dengan syarikah.
Muchlis menegaskan, seluruh pemberangkatan ke Arafah akan dilakukan bersama-sama dalam satu rombongan dan meminta agar edaran terkait pembatalan Program Tanazul serta pengaturan pemberangkatan dijadikan pedoman operasional resmi selama fase Armuzna (Arafah–Muzdalifah–Mina).
“Kepatuhan terhadap ketentuan ini adalah bagian dari komitmen bersama dalam menjaga keselamatan, kenyamanan, dan kekhusyukan ibadah jemaah haji Indonesia,” tutup Muchlis. (Redaksi)