MAKKAH, HarianTerbaruPapua.com – Setelah sepuluh hari menjalani perawatan di Rumah Sakit Saudi German, jemaah haji lansia dan berisiko tinggi (risti), Bara Andi Patellui, akhirnya kembali bergabung dengan rombongan dan telah menyelesaikan umrah wajib di Masjidil Haram. Ia sempat kehilangan tas berisi barang penting saat lemas di Masjid Bir Ali, namun kini barang-barangnya telah kembali dan kondisinya membaik.
Kepala Seksi Perlindungan Jemaah (Linjam) Daker Madinah, Muhammad Slamet, menyerahkan kembali tas selempang milik Ibu Bara yang berisi dokumen penting dan uang, pada Rabu (28/05/2025) di Hotel Moro Al Alameyah (311) Makkah. Penyerahan ini menjadi momen haru bagi Ibu Bara yang tampak menahan tangis dan hanya mampu mengucap, “Terima kasih,” dengan suara bergetar.
Ibu Bara merupakan jemaah Kloter 3 UPG (Makassar) yang berangkat dari Bandara Sultan Hasanuddin pada 3 Mei 2025. Ia ditemukan dalam kondisi lemas oleh petugas PPIH Sektor Bir Ali, Qurrotul Aini, saat sedang berada di Masjid Bir Ali untuk salat sunnah sebelum miqat. Meski termasuk jemaah lansia dan risti, ia tetap turun dari bus, yang seharusnya cukup berniat ihram dari kendaraan.
“Barang-barang miliknya tertinggal di masjid dan kemudian diserahkan kepada saya oleh petugas sektor khusus Bir Ali,” terang Slamet.
Setelah mendapatkan perawatan intensif selama 10 hari di rumah sakit, Ibu Bara dipindahkan ke Makkah dan kembali bersama rombongan untuk melanjutkan ibadah.
Nuraedah, pembimbing ibadah Kloter 3 UPG, terus mendampingi Ibu Bara, termasuk saat melaksanakan umrah wajib. Ia memastikan Ibu Bara mendapat pelayanan maksimal, mulai dari bantuan mengenakan kain ihram, penggunaan mobil golf untuk tawaf dan sa’i, hingga memandu doa-doa sepanjang ibadah.
“Kami bantu sejak dari persiapan ihram sampai selesai sa’i. Saya pandu doa-doanya dari atas mobil golf,” jelas Nuraedah, yang juga merupakan Kepala MAN 1 Makassar.
Selain itu, kamar tempat Ibu Bara menginap juga disiapkan secara khusus untuk mendukung proses pemulihan fisik dan mental. Ia ditempatkan bersama tiga jemaah lansia lainnya yang ramah dan suportif.
Menurut dr. Fadhiel Abdul Walid D.S., Tenaga Kesehatan Haji (TKH) Kloter 3, proses pemulihan Ibu Bara tidak hanya secara fisik, tapi juga mental. “Bayangkan, beliau 10 hari dirawat di negeri asing tanpa keluarga. Itu tentu berat secara emosional,” kata dokter dari RS Bhayangkara Makassar itu.
Ia menambahkan bahwa pemilihan teman sekamar dilakukan dengan pertimbangan khusus. “Kami pilihkan kamar yang bisa menjadi support system, agar Ibu Bara merasa nyaman dan semangat melanjutkan ibadah,” terangnya.
Petugas haji kembali mengingatkan bahwa jemaah lansia dan risti sebaiknya tidak turun dari kendaraan saat berada di Bir Ali. Mereka cukup salat sunah di penginapan dan berniat ihram di dalam bus.
Meski demikian, sejumlah jemaah lansia tetap turun karena ingin merasakan pengalaman salat langsung di Bir Ali. Petugas pun sigap memberikan perhatian dan pelayanan ramah kepada mereka. (Redaksi)





























































































